Jenis-Jenis Tari Asal Jawa Barat
Jenis-Jenis Tari Asal Jawa Barat. Salah satu kesenian yang
dimiliki oleh Jawa Barat adalah seni tari tradisional. Beragam seni tari
berkembang di masyarakat Jawa Barat. Sebagian dari pertunjukan tari tradisional
tersebut memang merupakan warisan seni dan tradisi secara turun temurun dari
nenek moyang kita, ada pula tari tradisional Jawa Barat yang merupakan sebuah
karya cipta dan kreatifitas pelaku seni.
Sebagai provinsi penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki pertumbuhan
industri yang cepat, Jawa Barat berpotensi untuk kehilangan jati diri dan
beragam kesenian termasuk seni tari tradisional. Oleh sebab itu,Semoga catatan
pada artikel ini bisa mengingatkan kita, bahwa kita memiliki budaya dan
kesenian yang perlu dipertahankan dan dilestarikan. Beberapa tari tradisional
dari Jawa Barat diantaranya adalah sebagai berikut :
Kunjungi juga:
1.Tari Tradisional Jawa Barat
Tari Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon merupakan
tarian tradisional yang sudah dikenal sejak zaman dahulu. Tarian ini diyakini
masyarakat Cirebon telah ada sejak kesultanan Cirebon. Disebut Tari Topeng
karena para penarinya menggunakan Topeng saat beraksi. Pada pertunjukan Tari
Topeng Cirebon ini, Penarinya disebut sebagai Dalang. Hal ini disebabkan karena
pada pertunjukan Tari Topeng biasanya penari menggunakan beberapa topeng yang
memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada umumnya penari Tari Topeng
menggunakan 3 topeng yang digunakan secara simultan. Diawali dengan topeng
warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Setiap
perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras
sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan.
Sejarah
Tari Topeng ini sudah ada jauh
sejak abad 10-11M yaitu pada masa pemerintahan Raja Jenggala di Jawa Timur
yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan Seni Tari Topeng ini masuk ke
Cirebon dan mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat.
Pada masa Kerajaan Majapahit
dimana Cirebon sebagai pusat penyebaran agama islam, Sunan Gunung Jati bekerja
sama dengan Sunan Kalijaga menggunakan Tari Topeng ini sebagai salah satu upaya
untuk menyebarkan agama islam dan sebagai hiburan di lingkungan Keraton.
Karakter Tari Topeng
Tari topeng cirebon sendiri
dapat digolongkan ke dalam lima karakter pokok topeng yang berbeda yaitu :
1.Topeng Panji. Digambarkan
sebagai sosok manusia yang baru lahir, penuh dengan kesucian , gerakannya halus
dan lembut. Tarian ini bagi beberapa pengamat tarian merupakan gabungan dari
hakiki gerak dan hakiki diam dalam sebuah filosofi tarian.
2.Topeng Samba, menggambarkan
fase ketika manusia mulai memasuki dunia kanak-kanak digambarkan dengan gerakan
yang luwes, lincah dan lucu.
3.Topeng Rumyang merupakan
gambaran dari fase kehidupan remaja pada masa akhil balig
4.Topeng Tumenggung, gambaran
dari kedewasaan seorang manusia, penuh dengan kebijaksanaan layaknya sosok
prajurit yang tegas, penuh dedikasi, dan loyalitas seperti pahlawan
5.Topeng Kelana/Rahwana merupakan visualisasi dari
watak manusia yang serakah, penuh amarah, dan ambisi. Sifat inilah yang
merupakan sisi lain dari diri manusia, sisi “gelap” yang pasti ada dalam diri
manusia. Gerakan topeng Kelana begitu tegas, penuh dengan ambisi layaknya sosok
raja yang haus ambisi duniawi.
Kelima karakter tari topeng
Cirebon bila dikaitkan dengan pendekatan ajaran agama Islam dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1 .Topeng Panji merupakan
akronim dari kata MAPAN ning kang SIJI, artinya tetap kepada satu yang Esa atau
dengan kata lain Tiada Tuhan selain Allah SWT.
2 .Topeng Samba Berasal dari
kata SAMBANG atau SABAN yang artinya setiap. Maknanya bahwa setiap waktu kita
diwajibkan mengerjakan segala Perintah- NYA.
3. Topeng Rumyang. Berasal
dari kata Arum / Harum dan Yang / Hyang (Tuhan). Maknanya bahwa kita senantiasa
mengharumkan nama Tuhan yaitu dengan Do’a dan dzikir
4. Topeng Temenggung.
Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa
mengembangkan silih Asah, Silih Asihdan Silih Asuh.
5.Topeng Klana. Kelana artinya
Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar.
Alat Musik Pengiring
Musik pengiring tari topeng
Cirebon ini adalah menggunakan gamelan khas Cirebon. Tradisi pertunjukan Tari
Topeng Cirebon ini telah berkembang dan menyebar di daerah daerah Subang,
Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Perkembangan tari topeng
tersebut menyebabkan munculnya berbagai variasi dan gaya tari topeng yang akan
dibahas tersendiri dimasa mendatang.
Jenis Tari Topeng
Salah satu jenis lainnya dari
tari topeng ini adalah tari topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian
tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana wungu yang
dikejar-kejar oleh prabu Minakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada
dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter
menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru,
mewakili karakter yang lincah namun anggun. Minakjingga (disebut juga kelana),
dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental dan
tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.
Kostum Tari Topeng
1.Bagian Atas
Pada bagian atas para penari
topeng mengenakan beberapa properti dan pernak pernik yang termasuk ke dalam
kostum atau busana tari. Topeng adalah salah satu peranti wajib yang dipakai
oleh tari topeng yang mencirikan jika tarian itu adalah tari topeng .Dan
uniknya topeng ini dikenakan oleh para penari dengan carapara digigit pada
sebuah karet atau bantalan yang tepat berada di sisi dalam dari piranti
tersebut. Sementara ini sebagai penutup kepala para penari mengenakan kupluk yakni tutup kepala semacam surban yang
menyerupai jamangan dan didalamnya terdapat beberapa pernik sebagai hiasan
,selain ini di para penari juga mengenakan sumping yang diselipkan dibagian
telinga kanan dan kiri .
2.Bagian tengah
Sebagai penutup tubuh para
penari mengenakan baju kurung lengan pendek yang biasanya berwarna mencolok
seperti merah dan kuning , dan dihiasi dengan aneka hiasan dari benang layaknya
kain bordir .Keunikan tari topeng ini juga terdapat dibagian tengah salah
satunya yakni adanya sebuah dasi yang dikenakan setelah pemain memakai mongkron
. Mongkron sendiri merupakan penutup dada yang dikenakan pada bagian bahu
hingga ke pinggang . Tak ketinggalan kain panjang guna mendukung gerakan tari
topeng atau yang akrab disebut dengan nama “Sampur”juga turut menghiasi bagian
pinggang sang penari . selain busana yang telah kita sebutkan pernik lain yang
dikenakan oleh para penari pada bagian badan yakni : Keris .
3.Bagian bawah
Kostum bagian bawah dimulai
dengan memakai celana sepertiga (di bawah lutut) dengan warna senada dengan
baju yang dikenakan . untuk mengencangkan celana penari juga mengenakan ikat
pinggang atau stagen pada bagian pinggang yang nantinya juga berguna sebagi
tempat menyelipkan keris . Beberapa penari juga biasanya mengenkan kaos kaki
berwarna putih sebagai alas kakinya .
2.Tari Tradisional Jawa Barat
Sejarah
Tari merak dari Jawa Barat ini
diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950.
Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini mengalami beberapa kali
revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat ulang oleh Irawati Durban pada
tahun 1965.
Dinamakan tari merak karena
tarian ini menggambarkan kecantikan dan keindahan burung merak. Para penari
tarian tradisional ini menggunakan kostum yang juga mirip dengan bulu burung
merak. Tari merak ini adalahimplentasi dari kehidupan burung merak , dan
menceritakan tentang kehidupan burung merak itu sendiri . Utamanya tingkah
merak jantan ketika ingin memikat merak betina .Gerakan merak jantan yang
memamerkan keindahan bulu ekornya ketika ingin menarik perhatian merak betina
tergambar jelas dalam Tari Merak
Perkembangan Tari Merak
Dalam perjalanan waktu
,sekitar 1950-an tari merak jawa barat telah mengalami perubahan dari gerakan
asli yang diciptakan oleh raden tjetjep somantri dan 1965, tarian ini
diperkenalkan kembali dengan kreasi gerak baru oleh dra irawati urban arjon, seorang pencinta
seni tari yang berasal dari jawa barat dan ia yang berjasa menambahkan beberapa
koreografi e dalam tari merak versi asli. Sejarah tari merak tidak hanya sampai
disitu karena pada tahun 1985 gerakan tari merak direvisi .
Fungsi Tari Merak
Fungsi Tari Merak adalah
sebagai tarian penyambutan . Berikut ini fungsi dari Tari Merak :
1.Sebagai tarian persembahan
untuk para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan .
2.Sebagai tarian penyambutan
untuk rombongan pengantin pria ketika menuju pelaminan .
3.Sebagai tarian penyambutan
tari agung dalam sebuah acara atau ritual .
4.Sebagai sarana untuk
memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah internasional .
Kostum
Warna kostum yang dipakai oleh
para penari biasanya disesuaikan dengan corak bulu burung merak .Selain itu ,
kostum penari juga dilengkapi dengan sepasang sayap yang mengimpletasikan
bentuk dari bulu burung merak jantan yang sedang dikembangkan .
1.Bagian kepala
Mahkota : Mahkota yang
digunakan oleh penari tari merak ini disebut juga dengan “Siger”, biasanya juga
warna mahkotanya serasi dengan warna kostum yang dipakai oleh Tari Merak.
Hiasan Telinga : Properti ini
dipakai di bagian telinga untuk hiasan telinga , dan untuk pelengkap mahkota .
Hiasan telinga ini bisa disebut juga “Sesuping” .
Hiasan Sanggul : properti ini
dikenakan dibelakang rambut para penari Tari Merak, sebagian besar orang
menyebutnya dengan sebutan “garuda mungkur”.
2.Bagian badan
Penutup Dada : Penari memakai
pakaian layaknya kemben sebagai penutup busana bagian dada Kain kemben ini
melingkar dari dada sampai bagian perut dan dilengkapi oleh tali agar tidak
melorot saat dipakai .
Apok : Apok merupakan kain
penutup yang berbentuk melingkar yang dikenakan oleh penari sebagai. penutup
leher hingga kebagian dada . Guna mendukung koreografi , Apok dikenakan dan
dihiasi ornament khas sehingga terlihat indah dipandang mata .
Sayap : Keindahan dari
ornament yang berwarna warni dengan motif yang menyerupai burung merak , sayap
ini sangat penting karna menggambarkan seekor burung merak , dan ada juga
penutup pinggang dan sampur .
3.Bagian bawah
Sebagai penutup bagian bawah
para penari menggunkan busana berbentuk rok dengan desain sedemikian rupa agar
serasi dengan seluruh properti dan tak lupa ornament sayap dibuat semirip
mungkin dengan sayap burung merak , ada juga gelang dan kilat bahu untuk
menambah keindahan kostum para penari Tari Merak .
Pementasan
Tari Merak juga biasanya
ditampilkan secara berpasangan , dengan merak jantan dan merak betina , dengan
iringan sebuah lagu gending macan ucul maka para penari mulai menggerakan
tubuhnya dengan gemulai layaknya gerakan merak jantan yang sedang tebar pesona
. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang Waditra Boning dipukul di bagian
kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang , itu merupakan bagian
gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan . gerakan merak yang anggun dan mempesona
tergambar dari gerakan tari merak yang penuh keceriaan dan keanggunan . Tari Merak juga sering digunakan untuk
menyambut pengantin pria atau sebagai hiburan untuk tamu dalam acara pernikahan
.
3.Tari Tradisional Jawa Barat
Tari Jaipong
Jaipongan adalah sebuah jenis
tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Karawang,Jawa Barat, yang sangat
populer di Indonesia. Tari Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang
dasarnya adalah tari Ketuk Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas
seniman Jawa Barat Gugum Gumbira. Pada awal perkembangannya tari jaipong juga
disebut ketuk tilu. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat
adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong"
yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan
putri). Saat ini tari jaipong sudah menjadi ikon tarian di Jawa Barat. Tarian
ini banyak ditampilkan baik pada acara perhelatan yang dilakukan masyarakat
maupun pemerintah Jawa Barat .
Sejarah
Jaipongan terlahir melalui
proses kreatif dari tangan dingin H. Suanda sekitar tahun 1976 di Karawang,
jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi
karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan
lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di
tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument
sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden
atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label)
jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H.Suanda di wilayah
karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat,
selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan
mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan
menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni
pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni
pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan
berkembang lebih dulu di karawang seperti penca silat, topeng banjet, ketuk
tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong memberikan warna dan corak
yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya, mulai dari penataan pada
komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya.
Tarian ini mulai dikenal luas
sejak 1970-an. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk
Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan
dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna
ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian
tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang
mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong"
dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan
tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari
Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen
Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan,
ulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal
masyarakat, apa lagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI
stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan
frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan
yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Tari Jaipongan boleh disebut
sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa
acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke
Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula
dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari
Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di
masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung,
genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun
pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian
Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.
Ciri Khas Jaipongan
Ciri khas Jaipongan gaya
kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan
kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari
pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni
Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing
Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita
temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam
penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2)
Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya
dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tetapi
tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan
Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang
(jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang
menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Kostum Tari Jaipong
Berikut ini adalah kostum yang
dikenakan oleh para penari jaipong :
1.Sampur : Bahan sampur
terbuat dari kain panjang dan dipakai pada leher para penari , tak jarang dari
penonton yang melihatnya menyebutnya dengan selendang karena memang bentuknya
mirip dengan selendang yang biasa dikenakan oleh perempuan jawa .
2Apok : Apok merupakan suatu
baju atas para penari jaipong, tidak berbeda jauh dengan kebaya , apok juga
memiliki kancing layaknya baju yang digunakan sehari-hari. Ada hiasan berupa
bunga yang terlihat terbuat dari bordir yang ditempatkan pada beberapa sudut
kostum tari piring ini .
3.Sinjang : Kostum tari
jaipong beragam dan penuh kreasi , namun pada awalnya selain terlihat
mengenakan kain serupa dengan daster para penari juga mengenakan celana panjang
, celana inilah yang kemudian disebut dengan sinjang .
Fungsi Tari Jaipong
1. Menjadi hiburan sekaligus
ajang komunikasi
2. Berbagai acara mulai acara
upacara adat hingga pentas seni membuat masyarakat terhibur dengan adanya
pementasan jaipong
3. Menjadi salah satu kesenian
andalan dari jawa barat
4. Sebagai kesenian andalan
dari jawa barat dapat menjadikan jaipongan salah satu icon guna mempromosikan
kekayaan daerah terhadap dunia luar baik dalam negeri maupun mancanegara .
Gerakan Tarian
1.Gerakan bukaan
dalam gerakan ini biasanya
para panari melakukan jalan berputar disertai dengan memainkan selendang yang
dikenakan pada leher pemain .
2.Pencungan
Gerak ini adalah gerakan yang
cepat dengan didukung oleh tempo music yang cepat pula
3.Ngala
Gerakan ini adalah gerakan
patah patah atau titik pemberhentian dari satu gerakan pada gerakan yang lain
dan dilakukan secara cepat atau dengan kata lain gerakan ini memiliki tempo
cepat
4.Mincit
Gerakan ini adalah gerakan
perpindahan dari satu gerakan ke ragam gerakan yang lain . gerakan ini
dilakukan setelah ada gerakan ngala dalam sebuah tarian jaipong
Jenis-Jenis Tari Asal Jawa Barat. Semoga setelah membaca
artikel ini dapat menambah wawasan dan ilmu bagi kita semua tentang kebudayaan dan
tarian Jawa Barat . Terimakasih